Saat
Keyakinan dan Minimnya Pelayanan Bagi Parmalim Ibarat Buah Simalakama
oleh : Desi Trinita
Setiap manusia berhak untuk meyakini
apa yang ia percayai dan tidak ada yang berhak memaksakan kehendaknya terhadap
orang lain untuk menganut agama yang dianut oleh kaum mayoritas atau agama yang
diakui oleh negara. Hal ini ditegaskan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 29
ayat 2 yang berisikan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing ,untuk beribadat untuk agamanya dan
kepercayaannya itu.” Jelas dalam hal ini bahwa manusia berhak memercayai apapun
dan hal itu dijamin oleh negara, jika memang demikian mengapa negara hanya
mengakui enam agama yang berarti hanya membenarkan enam kepercayaan.
Akibat dari adanya pengakuan atas
enam agama ini ternyata berdampak terhadap kaum minoritas seperti orang orang
yang menganut agama malim (parmalim). Masyarakat penganut agama malim ini
banyak berdomisili di daerah pulau samosir sumatera utara. Dampak itu membuat
parmalim sulit mendapatkan pelayanan seperti pelayanan yang didapatkan oleh
penganut agama mayoritas.
Contoh dari ketimpangan pelayanan
tersebut adalah sulitnya parmalim mendapatkan kartu tanda penduduk (KTP) hanya
karena agamanya tidak terdaftar sebagai agama yang diakui. Lalu agama yang
seperti apa dikatakan bebas dianut dan penganutnya diberikan jaminan oleh negara
pertanyaan ini selalu menjadi perbincangan yang tak akan pernah habis jika
melihat penderitaan parmalim. Tidak adanya kartu tanda penduduk memanglah
kelihatan sepele, namun jika kita melihatnya secara lebih jauh maka tidak
adanya kartu tanda penduduk maka tidak ada pula lah pelayanan lainnya,
mengingat bahwa pelayanan publik sekarang ini hampir seluruhnya harus
menggunakan KTP sebagai syarat administrasi. Dapat kita lihat bahwa hal yang
kelihatannya sepele ternyata menggantungkan nasib seseorang untuk seumur
hidupnya.
Dampak yang timbul dari percaya
terhadap agama yang tidak diakui oleh negara ini ternyata membuat sebagian
parmalim menyerah, sebagian dari mereka ada yang berpindah agama dan sebagian
lagi ada yang berpura-pura pindah agama hanya untuk mendapatkan KTP atau untuk
mendaftarkan diri menjadi seorang PNS. Miris sekali jika kita harus menyaksikan
seseorang harus mempertaruhkan kepercayaannya terhadap kebenaran hanya untuk
mendapatkan pelayanan yang sama dan lebih miris pula jika melihat seseorang
tidak mendapatkan pelayanan yang setara hanya karena perbedaan keyakinan.
Pelayanan
Surat Rekomendasi Beasiswa di Pembantu Dekan III
Hal ini juga saya soroti karena susahnya untuk
mendapatkan surat rekomendasi beasiswa dari pembantu dekan III atau bidang
kemahasiswaan.Banyak permasalahan yang terjadi disini salah satunya alasan
mereka tidak dapat mengeluarkan surat rekomendasi dikarenakan tidak adanya
surat dari pemberi beasiswa yang masuk ke PD III khususnya.Padahal di kampus
lain PD III nya dengan senang hati mengeluarkan surat rekomendasi dari fakultas
untuk mahasiswanya yang ingin berebut beasiswa di luar.
Yang saya ketahui mereka malas mengeluarkan surat
rekomendasi untuk mahasiswa.Pemberi pelayanan seperti ini harus dipecat karena
tidak memberikan pelayanan yang baik untuk mahasiswanya.Dengan kata lain
mahasiswanya juga malas mengikuti beasiswa karena sulitnya mendapatkan surat
tersebut yang menjadi syarat yang harus terpenuhi sebagai calon penerima
beasiswa.
Terus yang saya soroti yaitu PD III hanya mau memberikan
1 surat rekomendasi untuk mengikuti beasiswa dalam 1 semester.Hal ini sangat
miris didengar karena dalam 1 semester begitu banyak beasiswa yang dapat
diperebutkan.Ini contoh yang tidak baik yang diberikan oleh PD III kepada
mahasiswanya yang berprestasi.Pelayanan yang harus ditindak tegas oleh pihak
yang terkait agar hal ini tidak berlangsung lebih lama lagi.
Seharusnya PD III harus siap melayani mahasiswa yang
butuh surat rekomendasi agar dapat mengikuti beasiswa tersebut.Harapan saya semoga
nantinya mahasiswa Fisip dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat bukan malah minta dilayani oleh masyarakat.
0 Response to "Karya Tulis : Saat Keyakinan dan Minimnya Pelayanan Bagi Parmalim Ibarat Buah Simalakama"
Posting Komentar