Main Kali Bah! Wapemred Diancam Gara-gara Berita Gubsu


ilustrasi

JAKSEL | Main kali bah, keberadaan penegakan hukum di pemerintahan Jokowi Jusuf Kalla (JK) sekarang ini! Mana kinerja penegak hukum dan mana preman nyaris tak lagi dikenali. Terbukti, tak cuma editor Medan Seru Media Group, Teuku Zakaria yang kemarin diancam tembak melalui teror di telepon selular. Selasa (14/7/2015), Wakil Pemimpin Redaksi www.medanseru.co, Fernando Lumban Gaol juga dapat ancaman yang sama.

Menariknya, ancaman pada Fernando secara berhadapan namun, di sekitar kawasan Kantor Pengacara OC Kaligis di Jalan Petojo Selatan, Jakarta Pusat. Nandi, panggilan akrab Fernando yang tengah memantau perkembangan pengembangan kasus suap tiga hakim PTUN Medan melibatkan Yagari alias Gerry, advokad dari kantor OC Kaligis, 'ditempel' dan diintrogasi tiga lelaki.

"Kau Siregar Pemred Medan Seru itu kan?" kata Nando, menirukan kalimat datar lelaki rada tinggi janggung. Sementara dua lelaki berbadan tegap, mengapit Nando dari sebelah kiri dan kanan.

"Aku anak Medan juga Lae. Apa maksud kau ngaitkan masalah hakim itu (tiga hakim PTUN Medan) sama Pak Gubernur (Gubsu Gatot Pujo Nugroho)? Kau bawa-bawa juga keluarga besar Pak Ajib," tambahnya.

Nando yang tadinya bersama beberapa rekan wartawan, termasuk editor Medan Seru,  Firna Andriani ke kawasan kantor OC Kaligis, rada kebingungan. Soalnta Firna dan wartawan lainnya tak sadar kalau Nando tengah diapit tiga lelaki niat buruk. Firna dan rekan-rekan pergi mendekati kantor OC Kaligis ngabil foto sana-sini, dan menindaklanjuti liputan tak diindahkannya oleh OC Kaligis panggilan KPK.

Saat itu juga Nando menjelaskan kalau dirinya bukan Pemred. Tapi Wakil Pemred juga memang asal Sumatera Utara.

"Aku Lumban Gaol, bang. Pemred Bang Olan (Hasiholan Siregar). Udah dua bulan pulang ke Medan ada urusan keluarganya," terang Nando.
"Banyak kali cakap kau!" kata lelaki di sebelah kanannya, seraya meninju rusuk kanan Nado.
"Bilang sama dia kalau gitu. Hati-hati bikin berita. Mulai sekarang nyawa dan keluarganya terancam!" timpal lelaki rada jangkung tadi, meninggalkan Nando yang tengah kebingungan dan manahan dikit rasa sakit di tulang rusuk.

Firna yang rupanya punya firasat kurang enak atas Nando yang tanpa sadar dia tinggalkan tadinya guna melakukan aktivitas kerja, menoleh ke belakang. Dia melihat nando jongkok sambil memanggil pakai tangan.

Setelah Firna dan empat rekan wartawan mendekat, Nando menjelaskan apa yang dia alami. Sementara ketiga lelaki tadi sudah tak diketahui kemana perginya.

"Tenang bang, aku iseng tadi ada ngambil foto abang lagi berdiri-diri di sini. Mana tahu ada foto ketiga orang itu, atau satu di antaranya di belakang abang sebelum kejadian. Nanti kita periksa," ucap Firna.

Pengancaman lalu dilaporkan ke Pemred via selular. Oleh Pemimpin Redaksi, disarankan melapor secara lisan saja pada rekan petugas guna mengantisipasi hal-hal tak diinginkan ke depannya.

"Kenapa tak teriak rampok? Udah lisan saja sama kawan-kawan kita. KOndisi begini tak tahu kita mana kawan dan lawan. Biar jadi urusan dan tanggungjawab saya, serta bos besar nantinya," terang Pemred.

Sejak Senin (13/7/2015) malam lokasi atau kawasan Kantor OC Kaligis memang enjadi pusat perhatian publik. Tak bisa dipastikan siap saja yang datang dan memantau keberadaan kantor yang digeledah petuagas KPK itu, sejak tadi malam.

Sebelumnya, penyidik KPK sekira 15 orang, menggeledah kantor itu namun membuka kantor dengan cara paksa. Soalnya OC Kaligis tak ada di tempat.

Dari kantor pengacara kondang itu, KPK membawa barang bukt satu koper besar. Penyidik masuk melakukan penggeledahan atas seizin Aldila Warganda, selaku pihak OC Kaligis.

Dalam kasus ini sendiri, KPK telah melakukan pencekalan pada 5 orang. Termasuk OC Kaligis, Gubsu Gatot Pujo Nugroho dan istri mudanya, Evi.

Evi sendiri disebut adalah Sekretaris di kantor OC Kaligis. Sebelum tiga hakim PTUN Medan bersama panitera dan pengacara Garry ditangkap KPK, Evi dikabarkan berangkat umroh bersama Gatot Pujo Negoro ke tanah suci.

"Biasa lah, mau cuci tangan mungkin. Eh..nyatanya orang suruhan ketangkap. Dua hari sebelum penangkapan itu, Gubsu dan Evi dikabarkan sudah berangkat umroh," terang sumber, di Jalan rasuna Said.

Sedangkan dikaitkannya dalam pemberitaan keluarga besar pengusaha penagkaran walet di Kabupaten Mandailing Natal, Ajib Shah warga Cemara Asri Medan, karena saat mantan bupati Madina Hidayat Batubara ditangkap KPK lewat OTT beberapa waktu lalu di kasus Bantuan Dana Bawahan (BDB), sempat disebut sembunyi di rumah Anib Shah di Cemara Asri. Uang negara di proyek BDB itu, juga disebut sebagian dikucurkan untuk pembangunan jalan menuju penangkaran walet Anif Shah di Madina.

Selain itu, adik kandung Anif Shah, yakni Ajib Shah yang juga Ketua DPRD Sumut, dalam daftar penerima Bansos terkait kasus berbuntut penangkapan ketiga hakim PTUN Medan, disebut ada tertera. Begitu juga sejumlah anggota DPRD Sumut priode 2009-2014.

"Pengajuan hak interplasi DPRD Sumut digalang dan akhirnya dibatalkan hingga tiga kali, juga terkait 'minta jatah' uang BDB dan Bansos. Selain jatah jabatan Sekda Provsu,' tambah sumber.

Lain hal adik Ajib Shah yang satunya lagi, Anuawar Shah alias Aweng. Bekas tim pendudukung pasangan Gatot-Erry Nuradei di Cagubsu 2012 tersebut, dikatakan mendapat jatah proyek di jajaran Pemprovsu sebanyak 60 persen dari sejmlah paket yang ada.

"Kalau nantinya kasus BDB dan Bansos Pemrovsu dibuka secara gamblang di Pengadilan, dari sekira 1,7 triliun anggaran tersebut, paling yang diduga dimakan Gubsu, mantan Sekda Nurdin Lubis serta pejabat pemrovsu sekira 30 persen-nya. Sisanya hampir semua oknum di lembaga negara maupun media dan NGO di Sumut dapat bagian," pungkas sumber.

sumber: medanseru.co

0 Response to "Main Kali Bah! Wapemred Diancam Gara-gara Berita Gubsu"

Posting Komentar