Cerita Firdaus, guru di Kalimantan: Murid saya bolos karena berburu



Brilio.net - Bekerja mencari uang sepulang sekolah adalah hal tidak seharusnya dilakukan oleh anak dalam usia sekolah apalagi anak yang rata-rata usianya masih di bawah 12 tahun, apa pun alasannya.

Namun tidak demikian dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak di Malinau Barat, Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia. Karena keadaan ekonomi menyebabkan mereka lebih memilih untuk bekerja dibanding bersekolah. 

Sebagai seorang guru pun Firdaus dituntut ekstra sabar untuk menghadapi anak-anak pedalaman tersebut. Banyak di antara siswa Firdaus yang belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk belajar. Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan sudah menjadi hal yang biasa di sana. Bahkan, ada yang tidak masuk sekolah sampai berhari-hari. 

"Salah satu murid saya bernama Tugi, dia siswa kelas IX SMP yang sering tidak masuk hingga berhari-hari karena harus berburu atau masuk ke hutan untuk mencari pohon gaharu atau rotan," cerita Firdaus kepada brilio.net, Senin (6/7)

Firdaus juga harus memiliki kesabaran dalam mengajar mereka karena kemampuan akademik mereka yang  relatif rendah. Beberapa siswa kelas VII belum bisa membaca dan beberapa siswa kelas IX belum bisa berhitung dengan baik. Kebanyakan dari mereka juga belum mampu menangkap dan mengingat pelajaran dengan baik. Ketika menjelaskan materi pelajaran, Firdaus harus menjelaskannya berulang kali agar mereka paham.

Sehari-hari anak-anak tersebut selalu bekerja membantu orangtua mereka, baik mencari buah di hutan ataupun mencari kayu bakar untuk menghangatkan malam dan sebagai penerang rumah karena listrik belum masuk di Desa Long Pada tersebut. 

"Alhamdulillah sejak kami guru-guru SM3T datang, semangat mereka mulai tumbuh. Mungkin karena mereka belum pernah mendapatkan materi yang kami ajarkan," lanjut Firdaus. 

Sebenarnya tidak sedikit dari siswa Firdaus yang sebenarnya memiliki potensi yang bagus dalam belajar. Mereka selalu bersemangat untuk datang ke sekolah dan belajar walaupun mereka hidup dengan banyak keterbatasan. 

Tidak jarang mereka datang ke rumah singgah para guru malam-malam untuk belajar. Walaupun kadang-kadang mereka sangat sulit dalam memahami apa yang diajarkan, namun semangat yang mereka tunjukkan membuat Firdaus ikut bersemangat untuk terus mendampingi mereka menuntut ilmu.
Bekerja mencari uang sepulang sekolah adalah hal tidak seharusnya dilakukan oleh anak dalam usia sekolah apalagi anak yang rata-rata usianya masih di bawah 12 tahun, apa pun alasannya.

Namun tidak demikian dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak di Malinau Barat, Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia. Karena keadaan ekonomi menyebabkan mereka lebih memilih untuk bekerja dibanding bersekolah. 

Sebagai seorang guru pun Firdaus dituntut ekstra sabar untuk menghadapi anak-anak pedalaman tersebut. Banyak di antara siswa Firdaus yang belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk belajar. Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan sudah menjadi hal yang biasa di sana. Bahkan, ada yang tidak masuk sekolah sampai berhari-hari. 

"Salah satu murid saya bernama Tugi, dia siswa kelas IX SMP yang sering tidak masuk hingga berhari-hari karena harus berburu atau masuk ke hutan untuk mencari pohon gaharu atau rotan," cerita Firdaus kepada brilio.net, Senin (6/7)

Firdaus juga harus memiliki kesabaran dalam mengajar mereka karena kemampuan akademik mereka yang  relatif rendah. Beberapa siswa kelas VII belum bisa membaca dan beberapa siswa kelas IX belum bisa berhitung dengan baik. Kebanyakan dari mereka juga belum mampu menangkap dan mengingat pelajaran dengan baik. Ketika menjelaskan materi pelajaran, Firdaus harus menjelaskannya berulang kali agar mereka paham.

Sehari-hari anak-anak tersebut selalu bekerja membantu orangtua mereka, baik mencari buah di hutan ataupun mencari kayu bakar untuk menghangatkan malam dan sebagai penerang rumah karena listrik belum masuk di Desa Long Pada tersebut. 

"Alhamdulillah sejak kami guru-guru SM3T datang, semangat mereka mulai tumbuh. Mungkin karena mereka belum pernah mendapatkan materi yang kami ajarkan," lanjut Firdaus. 

Sebenarnya tidak sedikit dari siswa Firdaus yang sebenarnya memiliki potensi yang bagus dalam belajar. Mereka selalu bersemangat untuk datang ke sekolah dan belajar walaupun mereka hidup dengan banyak keterbatasan. 

Tidak jarang mereka datang ke rumah singgah para guru malam-malam untuk belajar. Walaupun kadang-kadang mereka sangat sulit dalam memahami apa yang diajarkan, namun semangat yang mereka tunjukkan membuat Firdaus ikut bersemangat untuk terus mendampingi mereka menuntut ilmu.

0 Response to "Cerita Firdaus, guru di Kalimantan: Murid saya bolos karena berburu"

Posting Komentar