Pemerintah Sengaja Lemahkan Rupiah? Ini Alasannya...

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Tak tampak upaya serius dari pemerintah untuk menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah yang kini sudah berada di titik terendah sejak krisis tahun 1998.

Muncul dugaan bahwa Indonesia memang sengaja memperlemah nilai tukarnya. Tujuannya tak lain adalah untuk memperbaiki kinerja ekspor yang pada akhirnya bisa membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi.

Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2014 mengalami defisit sebesar USD 1,88 miliar. Neraca perdagangan Indonesia baru membaik memasuki Januari 2015.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Januari hingga Mei 2015, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD 3,75 miliar. Sayangnya, surplus dicetak di tengah turunnya ekspor dan impor.

Martin Panggabean, Chief Economist & Strategic Investment IGIco Advisory, sebuah lembaga konsultasi ekonomi ramah lingkungan mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir masih dalam batas wajar lantaran dipicu oleh "twin deficit current account and fiscal" yang diproyeksi akan membaik.

Pelemahan kurs juga didorong oleh devaluasi kompetitif negara-negara tetangga, termasuk Jepang yang dengan sengaja memperlemah mata uangnya sekitar 5 persen hingga 15 persen.

"Bahkan Jepang melemah sampai 25 persen, sedangkan Indonesia hanya mengalami pelemahan riil 10 persen. Jika tidak terjadi devaluasi, sulit menggerakkan ekspor kita, terutama CPO dan kakao karena Malaysia melakukan devaluasi juga sebesar 10 persen," kata Martin dalam penjelasan tertulisnya, seperti dikutip dari Antara, Rabu (17/6/2015).

Dengan kondisi negara-negara yang sedang berupaya memperlemah mata uangnya untuk memperkuat ekspor atau dikenal sebagai perang kurs ini, maka pemerintah perlu menetapkan skala prioritas ekspor.

Pemerintah diminta untuk menggenjot ekspor ke berbagai negara yang perekonomiannya sedang pulih dan tumbuh signifikan seperti Amerika Serikat, India dan Jepang.

"Untuk jangka pendek, rupiah dan inflasi makin memperlemah sektor riil. Rupiah yang pekan lalu nyaris menembus Rp14.000 per dolar AS membuat pemerintah cemas dan meminta publik mewaspadai perang kurs (currency war) di antara negara-negara yang memiliki kekuatan ekspor relatif sama," katanya.

Martin mengatakan beberapa negara seperti Amerika Serikat, India dan Jepang yang perekonomiannya sedang membaik dan tumbuh harus dijadikan target tujuan peningkatan ekspor.

"Jepang dan AS misalnya, yang konsumsi makanan lautnya besar harus menjadi target pasar, sehingga Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki andil besar dalam menggenjot ekspor," katanya.

Menurut Martin, perekonomian di AS, Jepang dan India saat ini sedang menjadi motor penggerak ekonomi global. Sedangkan perekonomian di negara-negara Uni Eropa cenderung lesu dan Tiongkok justru melambat. Namun dia mengingatkan ekspor dan perdagangan perlu disiapkan khususnya ke negara-negara tersebut.

"Di sisi lain, perbankan perlu mewaspadai debitur yang terkonsentrasi melakukan ekspor ke Tiongkok dan Eropa. Tiongkok itu secara historis banyak minta batubara dan hasil tambang mineral, tetapi saat ini harganya juga sedang tidak bagus bagi para eskportir, karena ekonomi Tiongkok sedang melambat," katanya.

Related Posts :

0 Response to "Pemerintah Sengaja Lemahkan Rupiah? Ini Alasannya..."

Posting Komentar